Saturday, July 06, 2019

Pilu membiru (yang kesekian kalinya)

"masih banyak yang belum sempat, aku katakan padamu,
masih banyak yang belum sempat, aku sampaikan padamu",

saya mau bilang selamat sama kamu saja susah—sama kamu selalu begitu, tapi selamat. buat apa merusak hari bahagia orang lain. jadi selamat yang banyak buatmu, semoga Tuhan selalu membersamaimu. 
saya pernah berdoa, kalau kamu memang baik untuk hidup saya maka kembalilah, karena selalu ada jalan—tapi kalau tidak ada tempat yang baik bagi saya, bagimu bila bersama pada kehidupan ini, maka pergilah
sepersekian tahun Tuhan agaknya mengabulkan doaku (sejauh yang saya lihat)
kamu tidak pernah ada dimana-mana, aku tidak pernah juga mengisi hari-harimu.
begitu saja berpisah tanpa pernah ada koma, 
bersamamu selalu begitu, hanya titik yang saya jumpai. 

Thursday, June 27, 2019

Bungsu.

Terlahir menjadi bungsu kadang ada yang iri, 
sering pula ada yang tidak peduli. 

"bungsu?"
"iya."
"pasti dimanja ya?"
"ah ngga juga kok, biasa aja. kan ada kakak juga."
"cewek apa cowok?"
"iya dua kakak laki-laki."
"ah gila sih, udah bungsu, cewek sendiri."

Sekali di hidup ini, kalau benar ada konsep yang namanya reinkarnasi—biarkan saya terlahir jadi sulung atau tengah.
Saya ingin berbagi, kadang beban yang saya, Ibu, Bapak bicarakan butuh bantuan, Mas. 

Seperti penutup dan pembuka album mantra-mantra Kunto Aji, sulung dan bungsu;
"sebelum kau menjaga, 
merawat melindungi segala yang berarti, 
yang sebaiknya kau jaga, 
adalah dirimu sendiri"
ada waktu di mana saya ingin mengupayakan dan mengurus hidup saya sendiri. 

Wednesday, February 06, 2019

Saya masih yakin dan percaya, kalau saya suka berada di tengah kerumunan manusia—setidaknya manusia-manusia yang menularkan energi positif ke sekitarnya. Tahun 2018, menjadi sebuah tahun yang bener-bener baru buat saya, saya akhirnya berani untuk membuka diri, jatuh cinta lagi, melihat sisi dunia dari perspektif orang-orang yang dimabuk kepayang (walau dalam tempo yang sesingkat-singkatnya). 
Ada satu hal yang saya sadari saat menginvestasikan perasaan saya sama manusia lain, merawat hubungan sama manusia itu sungguh njelimet dan rentan—satu artikel mojok pernah bilang, "seperti cangkir kopi yang kesenggol" pecah dan berantakan. Sayangnya sebaik apapun saya mencoba merawat semua hal itu, rasanya sulit sekali untuk merawat, di saat saya mesti sama-sama bertahan dari hal-hal tentang diri yang belum rampung. 

 ketakukan terbesarku perlahan menghilang, tapi tahun-tahun yang lalu aku menyadari bahwa aku mencarimu di setiap orang sekarang hatiku dipe...