Wednesday, December 22, 2021

sesak

Pernah gak sih dadamu rasanya penuh sesak? padahal bibirmu senyum sumeringah dan kepalamu tegak menghadap ke depan? Lalu kamu terus merapal dalam hidupmu bahwa menangis adalah urusan privat. 

Setiap hari aku berpikir ingin sekali rasanya menemukan lalu bersandar pada seseorang, namun saat dadaku kembali terasa sesak, jangankan membayangkan hidup "baru" dengan orang lain, berpikir untuk ke sana pun kepalaku terasa berat. Semua tanggung jawab yang diam-diam dititipkan padaku, entah tanpa disadari atau tidak, membuatku merasa semakin tidak pantas untuk siapa-siapa. Aku terus ketakutan, bila nantinya seseorang (yang entah ada atau tidak) itu justru semakin terbebani segerombolan rangkaian hidupku, dan apa aku punya ruang untuk berbagi sedang di sana sini minta diurus? Apa kebahagiaan masih kelihatan dan aku bisa meraihnya di ujung sana?

Tanganku tetap mengadah ke atas, berdoa pada-Nya agar hatiku dilegakan, agar apa-apa yang membuatnya sesak disudahi. Caraku memberikan narasi pada hal-hal yang ku jalani, dengan tawaku tak sepadan. Mereka begitu berlawanan dan membuatku terheran-heran. Mungkin menjadi ramai itu metodeku agar tak merasa begitu kesepian juga perlindunganku mengatasi sesak yang semakin sering mampir. 


No comments:

Post a Comment

 ketakukan terbesarku perlahan menghilang, tapi tahun-tahun yang lalu aku menyadari bahwa aku mencarimu di setiap orang sekarang hatiku dipe...