Saturday, October 25, 2025

mencarimu di setiap orang

 ketakukan terbesarku perlahan menghilang, tapi tahun-tahun yang lalu aku menyadari bahwa aku mencarimu di setiap orang

sekarang hatiku dipenuhi rasa tenang yang mungkin  menjadi jawaban atas ayat-ayat yang ku langitkan, aku bahkan telah lupa raut wajah, senyum, dan harummu terutama rasa nyut-nyutan di dada setiap kali aku mendengar namamu.

aku tahu, dan Tuhan lebih tahu mana yang baik untukku, tapi apa yang tersisa dari tahun-tahun yang lalu? semoga kita jangan lagi bertemu. 

Monday, December 02, 2024

Tahu-tahu 2024 berakhir

 "Kalau ditanya apa yang terjadi tahun ini, aku kebanyakan lupa".

Siapa sangka memulai tahun ini dengan tergopoh-gopoh justru membuat langkah ke depan terasa lebih ringan, kalau ditanya detail 2024, tentu aku banyak lupanya, tapi 2024 adalah tentang lebih rendah hati, mengalah, menerima, melapangkan dada (walau sulitnya setengah mati), dan memaafkan (tidak tahu kapan) yang tentu banyak diiringi hubungan yang menyepi (ceilah hindia), marah, dan air matanya. 

Tapi jujur dengan diri sendiri lebih membuatku tenang.

Beberapa bulan terakhir ini aku banyak menemukan diriku [mencintai hal-hal yang dulunya sempat ku sukai, lalu benci, dan] akhirnya kembali mencintai hal-hal itu lagi. Senang rasanya, apakah itu yang dinamakan berdamai? Aku mulai nonton konser lagi (ITS KYUNGSOO, DAY6), mulai baca buku lagi, blog ini ada isinya lagi.

Ada satu dari sekian banyak hal yang mengganjal, aku masih belum berani melangkahkan kaki...ke makamnya Dimas, beberapa waktu lalu Zita pernah mengajak, aku berkelit setengah mati, tapi banyak doaku untukmu Dim. 

Lalu,

Salah satu temanku yang dulunya tak yakin berkomitmen tiba-tiba memutuskan untuk menikah, kamu tahu aku rasanya ikut bahagia?! "Oh cinta bisa datang seperti itu ya?" (iya, iya tau kok pasti diusahakan), tapi menggelitik sekali melihat cara semesta bekerja dengan begitu lihai dan tanpa basa-basi. 

Berita bahagia di tengah hiruk pikuk, bikin hatiku ikut bahagia.

Aku mulai melihat dunia ini punya cahaya di tengah hal-hal yang buram dan tak pasti (apa ini pengaruh tipis-tipis 'nyicip' jadi birokrat alias kok mulai suka optimis, dari sebelumnya kuliahku yang cukup pesimis dalam memandang suatu kejadian?)

Dari semua hal aku tak akan menihilkan orang-orang di sekitar yang terus mendorongku untuk bertumbuh, keluargaku (oh tentu dengan segala fase naik turun itu), lalu untuk Tim Prosedur dan Tim Lampid, untuk semua kesempatan dan kebersamaan kita, saya gak akan jadi "saya yang hari ini" tanpa orang-orang hebat itu. 

29 hari menuju tutup buku, aku harap akan lebih banyak menulis. 

Sunday, April 16, 2023

Punggung

Di tengah kejaran deadline (yang dibikin-bikin sendiri) pasti saya selalu kepikiran sebuah ide untuk nulis lagi di blog ini, semalam saya kesulitan tidur karena sempat tidur siang dan terjaga hingga dua pagi, itulah mengapa saya kurang suka konsep tidur siang. 

Di tengah waktu kesulitan tidur itu, saya teringat celetukan teman saya waktu kami sedang jalan bersama, "Nad kenapa sih suka jalan di belakang?", saya kebingungan menjawab dan tersadar "loh iya juga, kenapa ya?". Biasanya kalau kami jalan kaki secara rombongan saya punya kecenderungan untuk memperlambat langkah supaya posisi saya berada di paling belakang. 

Punggung

Punggung iya saya suka memerhatikan punggung orang dan untuk melihatnya saya perlu berada di posisi paling belakang, tanpa saya sadari beberapa hasil jepretan ngasal saya juga banyak menampakkan punggung baik orang yang saya kenal atau sekedar stranger yang berlalu lalang. 

Bicara soal punggung, filosofi punggung itu menjadi salah satu chapter favorit yang saya baca berulang kali dalam buku Rectoverso, Dewi Lestari (2008), cerpen itu berjudul "Hanya Isyarat", salah satu kutipan favorit saya pada chapter ini: 

Aku sampai dibagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun, orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan pernah kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan beruapa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik, niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa.

Tuesday, November 29, 2022

halo 2022

Banyak hal yang berakhir baik dan mestinya ku syukuri, tapi kadang yang tidak—justru singgah di kepala lebih lama.

Pecah telor juga akhirnya nangis di tempat kerja, lebih tepatnya toilet (sayangnya tidak ada kloset duduk dengan air hangat, hanya ada air ngembeng dari kloset yang bocor). Kalau boleh ku putar balik, aku selalu gelisah di empat bulan terakhir setiap tahunnya. Entahlah, mungkin kekhawatiran akan segera menjumpai tahun dan umur baru? Padahal sejauh yang ku ingat, sejak menginjak usia 23 tahun tidak banyak hal yang terjadi, dan semuanya juga berlalu begitu saja (terlebih saat pandemi terjadi di 2020 silam). Tapi aku akui, bahwa ada hari di mana aku sangat amat bahagia dan punya segudang energi, tapi tak jarang juga aku meringkuk di kamar seharian sembari menangis. 

Kembali pada topik, apa yang membuatmu menangis di kantor? yang jelas, dadaku terasa penuh dan sesak (terdengar sangat dramatis), mungkin efek sedang menstruasi? Atau banyak hal yang juga sulit dijelaskan dengan kata-kata—karena banyak faktor baik dari internal maupun eksternal yang mengguncang dan kemarin adalah puncaknya. Maka perjalanan ke rumah yang semestinya menyenangkan, menjadi begitu kelabu. Maka memilih perjalanan pulang bersama orang-orang asing jadi lebih menenangkan. Perjalanan Jakarta-Bogor sore kemarin terasa begitu gelap, hujan deras, dengan angin, dan petir yang menyambar menambah penuh isi kepala. 

Monday, February 28, 2022

Merayakan 23 yang ke 25

Haaa baru nyadar kalau tahun ini telat post di blog? karena biasanya ritual tiap tahun adalah merayakan ulang tahun dengan nulis di blog pribadi, sambil meringis membayangkan saya yang bertambah tua? Lalu tahun ini, baru nulis h+3 dari hari-h ulang tahunnya, sembari memperingati ulang tahun saya, mari ucapkan selamat ulang tahun juga untuk Annis, sahabatku yang berulang tahun tepat hari ini. Iyaaa, kami pisces geng, dan cuma Laras yang  berzodiak scorpio, menetralisir ke-dramaan kami. 

Februari ini rasanya sangatlaaah apa ya? sulit dijelaskan dengan kata-kata...dari (akhirnya) terpapar covid, hehe jadi isoman, mabok obat-vitamin, jadi ga produktif (tapi justru nemu hal-hal yang dulu saya sukai, tapi sempat hilang) dan penerimaan untuk berdamai bahwa umur saya nambah jadi 1/4 abad? fun fact, bebas cvd 2020, 2021, tapi tumbang di 2022 jadi s.0micron, lucu kalau dipikir-pikir ye, tapi mungkin lagi diingetin sama Tuhan.

 banned for ten days

Ada satu hal yang sebenernya bukan prioritas untuk dibeli, tapi selalu kepikiran? apalagi kalau bukan Lego flower bouquet?!! naksir banget karena secantek itu, setiap kali saya lihat bunga saya jadi inget orang-orang yang bela-belain dateng ke acara sidang/wisuda saya? dan itu rasanya berharga, makanya si lego ini jadi simbol untuk mengenang hal itu, makasih juga sponsornya mamake bapake, hehe. ku anggap sebagai hadiah ulang tahunku.

lego flower bouquet: 10280


Cerita sedih dari ultah tahun lalu adalah kegagalanku merayakan ultah secara diam-diam dengan cake ryu junyeol, eh tahun ini dikirimin sama Vana, hahahay thank you Van kalo lo baca! kesampean, tuntas. 


Asalnya tahun ini mau kek hmmm biarkan 23 Februari berlalu begitu saja?! tapi gak deh, biarin aja saya harus selebrasi karena Februari ini udah gila coy? semoga jatah horornya sudah habis di bulan ini, maret dan seterusnya baek-baek sama saya please. Terus setelah selebrasi di instagram jadi dihujani kasih sayang sama orang-orang, dan rasanya lumayan melelahkan dan saya jadi malu *anjae...saatnya aku lenyap dari per-medsosan lagi.

Wish me luck, dan yang baca...kamu jugaak di mana pun berada stay safe.

Wednesday, December 22, 2021

sesak

Pernah gak sih dadamu rasanya penuh sesak? padahal bibirmu senyum sumeringah dan kepalamu tegak menghadap ke depan? Lalu kamu terus merapal dalam hidupmu bahwa menangis adalah urusan privat. 

Setiap hari aku berpikir ingin sekali rasanya menemukan lalu bersandar pada seseorang, namun saat dadaku kembali terasa sesak, jangankan membayangkan hidup "baru" dengan orang lain, berpikir untuk ke sana pun kepalaku terasa berat. Semua tanggung jawab yang diam-diam dititipkan padaku, entah tanpa disadari atau tidak, membuatku merasa semakin tidak pantas untuk siapa-siapa. Aku terus ketakutan, bila nantinya seseorang (yang entah ada atau tidak) itu justru semakin terbebani segerombolan rangkaian hidupku, dan apa aku punya ruang untuk berbagi sedang di sana sini minta diurus? Apa kebahagiaan masih kelihatan dan aku bisa meraihnya di ujung sana?

Tanganku tetap mengadah ke atas, berdoa pada-Nya agar hatiku dilegakan, agar apa-apa yang membuatnya sesak disudahi. Caraku memberikan narasi pada hal-hal yang ku jalani, dengan tawaku tak sepadan. Mereka begitu berlawanan dan membuatku terheran-heran. Mungkin menjadi ramai itu metodeku agar tak merasa begitu kesepian juga perlindunganku mengatasi sesak yang semakin sering mampir. 


Sunday, July 25, 2021

 Jatuh cinta pun butuh energi dan usaha, pertanyaannya adalah... 

apakah saya masih punya semua itu?

Kalau diingat-ingat terakhir kali benar-benar kepikiran sesuka itu sama manusia, waktu saya kuliah. Dulu saya kira, saya sudah mengakhiri kutukan ini, tidak lagi suka sama seseorang sendirian. Eh, tapi nasib ya, siapa yang tau di saat saya sesuka itu sama manusia ini, dia pun lagi se-jatuh cinta itu sama orang lain. Lucu ya?

Tapi saya jadi menyadari sesuatu, beberapa tahun yang lalu saya selalu merasa, kalau kita kasih 100 persen ke orang lain, maka orang lain akan begitu sama kita. Kalau kita baik sama orang lain, maka orang lain akan memperlakukan dengan hal yang sama, karena mereka akan mempertimbangkan apa yang pernah kita berikan. dih?! kamu kok pamrih?!. Satu hal yang saya ingat dari pesan senior saya buat saya adalah baik aja gak cukup. Noted, kak! toh yang berlebihan memang gak baik, bahkan saat kita bicara soal kebaikan. Maka sesuai aja sama porsinya.  

Saya belum riset, ini gak ilmiah, tapi dari yang sudah-sudah hubungan manusia dewasa itu dimulai dengan ada atau tidaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Dulu suka merasa "ah kenapa sih kok gitu? kok ga seimbang". 

Kasarnya gini "dateng pas ada butuhnya doang", gitu. 

Semakin ke sini, saya tidak lagi patah hati, justru saya berpikir hal ini ya sah-sah saja, wajar. Meski begitu saya masih percaya ada yang namanya unconditional love sih. Atau di luar adanya kebutuhan itu, manusia akan mendekat secara natural ke sesuatu yang mereka sukai/membuat nyaman. 

Saya pernah ngobrol sama sahabat saya, yang pernah ada dalam hubungan yang umurnya cukup panjang, dan pada satu titik tertentu mereka..memutuskan untuk mengakhiri hubungan tersebut. Lalu, dia bilang bahwa yang hilang itu adalah tahun-tahun yang mereka lalui, investasi waktu, tenaga, dan perasaan. Di level pacaran pun, hubungan bisa jadi sudah sangat melelahkan. 

Walau belum pernah benar-benar ada dalam hubungan yang serius, ada satu hal yang amati melihat hubungan pasangan/manusia sebagai individu di sekitar saya. Komunikasi itu kunci, mulai dari hal remeh temeh sampai yang levelnya besar, terdengar klise ya? Hanya kadang-kadang kita takut menyakiti perasaan seseorang dan/sebaliknya takut kita yang tersakiti, pada akhirnya kita selalu menghindari pembicaraan atas topik-topik yang tidak nyaman. 

Sampai hari ini pun saya seringkali melakukan hal itu, menghindari topik-topik yang tidak nyaman. Padahal dari ketidaksengajaan membicarakan hal-hal semacam itu, saya jadi merasa lebih lega, walau butuh waktu lama untuk mencernanya.

Dan, siapa yang tahu kapan jodoh datang di hidup kita? kadang juga perasaan ngeyel sulit diatur, ada yang nyambung tapi jauh digapai, yang dekat rasanya seperti benang kusut atau minyak dan air.

 ketakukan terbesarku perlahan menghilang, tapi tahun-tahun yang lalu aku menyadari bahwa aku mencarimu di setiap orang sekarang hatiku dipe...