Thursday, October 20, 2016

Aku cuma lagi yakini hati ini,
bahwa yang sudah-sudah memang akan pergi.
Apa pun itu bentuknya,
ya kenyamanan, ya bahagia
ia tak sabar biasanya cuma berdiam pada satu orang
Mereka pergi diganti bersama kesedihan, kekosongan
Lalu benci dendam tak sabar ikut menyusup





Sunday, October 09, 2016

menepi

Hal yang akhir-akhir ini paling populer bagi diri saya adalah, bermonolog dengan diri sendiri. Entahlah saya berupaya menarik diri dari peradaban. Saya paham sekali hal semacam itu salah, tapi saya pun tak punya solusi lain menyembuhkan segala perasaan yang simpang siur hinggap di hati saya, cuma ingin menepi, menjauhi pusat dari segala kepenatan. 

Monday, October 03, 2016

Tentang kesepuluh yang terburu-buru

Saya sedang menyusuri jalan dipenuhi lampu temaram, memandanginya dan entah mengapa seolah buram lama-lama nyalang lampu itu, ah bukan—ternyata, pengkhianat benar mata ini.
Tahun ini terasa begitu memburu, memojokkan—dia cepat sekali, dia tidak beri waktu jeda untuk manusia macam saya ini.
Oktober terlebih, hari ini khususnya segalanya serasa penuh untuk saya. Dari cerita hierarki jawa di tengah manusia super open-minded yang lahir di tengah adat yang menyusutkannya dalam pusaran tanda tanya, cetakan manusia zaman itu dan segala benak tentang 'produk yang dipukul rata' menenggalamkan segalanya. Ada pula kisah tentang orang yang terus menerus mengirimkan aura negatif di tengah situasi positif yang lagi berusaha dibangun. Pun, ada pula kegelisahan sang empu yang tak tahu mau apa dia dengan hidupnya, dan si rapuh yang berusaha mengacaukan langkahnya—hanya karena, ia sedang patah. iya dia mungkin patah dan rusak sudah, memang ruam itu telah menyebar ke pembuluh darahnya jadilah segala rindu, ambisi dan dendam menguasai—menyerupai dosa yang    tak ada habisnya.
Ya sudah, manusia memang tempatnya salah dan diburu-buru.

 ketakukan terbesarku perlahan menghilang, tapi tahun-tahun yang lalu aku menyadari bahwa aku mencarimu di setiap orang sekarang hatiku dipe...