Satu hal yang paling sulit diprediksi adalah skenario hidup manusia yang dibuat Tuhan, sepertinya tidak akan ada satu pun yang bisa menghindari—hal yang paling memungkinkan barangkali cuma mengusahakan semampunya. Bicara soal hidup, saya pun gak tahu banyak. Menuju dua puluh tiga, hal-hal semakin tak terduga, juga semua hal makin terlihat samar. Iya saamar dan bahkan sedikit gelap, semua hal yang terjadi semakin sulit ditebak-tebak. Saking sulitnya ditebak, kadang kelelahan sendiri dan pasrah dengan skenario yang ada, ikuti saja (katanya kebanyakan). Hidup itu lebih lucu lagi karena gak ada manual-nya, kadang bisa bikin ketawa bahagia, gigit jari, bahkan rasanya ingin minta diri ditelan ke dasar bumi...yang paling dalam.
Seolah tiap hari kita dipaksa untuk mencoba dari satu hal ke hal yang lain, merangkak lagi, dan berhenti—jarangkali ditawarkan jadi opsi. Dulu waktu yang lebih muda, dan dengan kenaifan yang ada—saya masih percaya bahwa manusia di sekitar bisa menopang atau mengulurkan tangan. Tapi ada yang pernah bilang sama saya, bahwa meskipun sudah berbuat baik kita gak akan pernah benar-benar menahan seseorang di sisi kita, karena kita gak bisa melimitasi manusia dan situasi. Sulit ya? seolah-olah bermodal baik pun, tidak seutuhnya menjamin bahwa in return kita akan diperlakukan sama. Tapi toh manusia dalam hidupnya, adalah pemeran utama untuk hidupnya sendiri. Pada akhirnya semua orang akan sendiri, prosesnya yang berbeda-beda, karena mungkin tidak benar-benar sendiri, tapi manusia di sekitarnya datang dan pergi—silih berganti.
No comments:
Post a Comment